Rabu, 01 Februari 2012

Gejala, Patogen dan Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Utama





LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
 HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN UTAMA
“Gejala, Patogen dan Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Utama”


OLEH:
HERMIATI
0810212167





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011








I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Tanaman tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tanaman dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Menurut Nas (1978) bahwa serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias , bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya.
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit.
 Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses– proses dalam tubuh tanaman sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tanaman yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Dari sudut ekonomi yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain. Dari sudut ekonomi yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.
Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.

1.2  Tujuan
·         Dapat Mengetahui dan Memahami Hama Penyakit Pada Tanaman Dapat Membedakan Serangan Hama dan Penyakit Pada Tanaman.



II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit tanaman utama

A.    JAGUNG
Penyakit utama pada tanaman jagung adalah:
http://htmlimg1.scribdassets.com/3a6l84k5z3c90w0/images/4-3a6bdb3637/000.jpgKet:
1.        Daun sehat mengkilat dan berwama hijau tua bila tanaman mendapat suplai hara yang cukup.
2.        Kahat FOSFOR daunnya berwarna ungu-kemerahan, terutama pada tanaman yang masih muda.
3.        Kahat KALIUM ujung dan tepi daunnya berwarna kekuningan atau mengering.
4.        Kahat NITROGEN dimulai dengan wama kekuningan pada ujung daun dan berkembang sepanjang tulang daun utama.
5.        Kahat MAGNESIUM menyebabkan timbulnya garis-garis keputihan sepanjang tulang daun dan seringkali timbul warna ungu pada bagian bawah dari daun tua.
6.        KEKERINGAN menyebabkan tanaman berwarna hijau-keabuan; daun-daun menggulung sebesar pensil.
7.        PENYAKIT Helminthosporium dimulai dengan bercak kecil dan berangsur-angsur berkembang pada seluruh daun.
8.        ZAT KIMIA kadang-kadang menyebabkan ujung dan tepi daun seperti terbakar. Jaringan daun mati dan daunnya seperti bertopi putih.


1.      Penyakit Bulai
a.      Gejala
 (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih;
(2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi;
(3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua               
b.      Patogen
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab.
c.       Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang dan menanam kembali dengan varitas yang tahan. Dewasa ini terdapat beberapa. varitas yang tahan seperti DMR.S, DMR:3, dan beberapa varitas-hasil persilangan yang masih dalam pengujian (Harapan, DMR dan sebagainya).
2.       Hawar Daun Jagung
a.      Gejala
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidakmenginfeksi tongkol atau klobot.

b.      Patogen
Penyakit hawar daun jagung disebabkan oleh jamur Helminthosporium maydis.


3.      Bercak Daun (Leaf bligh)
a.      Gejala
Pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.

b.      Patogen
           Penyakit bercak daun Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
c.       Pengendalian
 (1) pergiliran tanaman.
(2) mengatur kondisi lahan tidak lembab;
(3) Prenventif diawal dengan GLIO


4.      Karat (Rust)
a.      Gejala
Pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.

b.      Patogen
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.



 
c.       Pengendalian
(1) mengatur kelembaban;
(2) menanam varietas tahan terhadap penyakit;
 (3) sanitasi kebun;
(4) semprot dengan GLIO.
B.     Cabe
Hama dan penyakit utama pada tanaman cabe adalah:
1.      Antraknosa (Antracnose)
. a. Gejala
Gejala awal yang dapat dikenali dari serangan penyakit ini adalah adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair. Lama – kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk.
hama penyakit tanaman cabai:hama
b.      Patogen
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichun capsici. Jamur ini menyerang tidak pandang bulu, karena baik buah cabe yang masih hijau atau sudah masak pun tidak luput darinya. Penyakit ini sangat mudah menyebar ke buah atau tanaman lain. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor.
c.       Pengendalian
-          kultur teknis,
-          pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar,
-          Menanam varietas tahan,
-           Semprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.

2.      Layu Bakteri
a.      Gejala
Gejala layu pada tanaman cabe yang mengalami kesembuhan pada waktu sore hari, tetapi lama kelamaan kelayuannya terjadi secara keseluruhan dan menetap. Tanaman yang sehat tiba –tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari besoknya langsung mati.
hama penyakit tanaman cabai:penyakit

b.      Patogen
Penyebab layu bakteri ini adalah Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini biasanya ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman , pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Bakteri layu cepat meluas terutama di tanah dataran rendah, gejala kelayuan yang mendadak seringkali tidak bisa diantisipasi.

c.       Pengendalian
Mengatasinya tak ada jalan lain selain menyingkirkan tanaman yang terserang, dan tetap menjaga agar bedengan tanam selalu dalam kondisi kering di luar. Selain itu , melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sefamili bisa mengurangi resiko serangan penyakit tersebut. Secara kimiawi, penyakit ini dapat dicegah dengan menyiram larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 - 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 - 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.

3.      Bercak daun
a.      Gejala
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak berupa bulatan seperti cacar pada daun. Bila dibiarkan akan menyebabkan daun-daun cabe gugur sehingga pertumbuhan kurang optimal. Gejala pada daun tersebut ternyata baru serangan awal saja karena bila dibiarkan, akan menyerang batang, tangkai daun serta tangkai bunga.
hama penyakit tanaman cabai: penyakit
b.       Patogen
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora capsici. Cendawan  ini dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman.
c.       Pengendalian
-          membuang tanaman yang terserang
-          sanitasi lingkungan tanaman
-           Secara kimia dapat juga dicegah dengan fungisida kontak bahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, Kocide 77WP, dan atau fungisida bahan aktif Mankozeb yaitu Victory 80WP.
C.    Pisang
Penyakit utama pada tanaman Pisang adalah:
1.      Penyakit darah
 a. Gejala
Penyakit Darah Pisang (Pseudomonas solanacearum) kebanyakan mulai menunjukkan tanda serangan pada tanaman yang sudah berbuah, sedang pada tanaman yang masih muda belum menampakkan tanda serangan yang jelas.
1. Pada tanaman dewasa (tanaman pisang yang sudah berbuah) tanda serangan dapat dilihat pada daun ketiga atau keempat dari atas (pucuk) yang mulai menguning serta disusul dengan daun berikutnya lalu mengering. Akibat dari semua daun menguning, maka pertumbuhan buah tidak sempurna.
2. Apabila buah-buah pisang tersebut di potong atau di belah terlihat adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan yang berbau busuk.
3. Pada bagian dalam bungkul dan batang pisang yang sudah terkena penyakit, apabila dipotong bagian tengah terlihat bintik-bintik berwarna coklat kemerahan. Akhirnya berlanjut tanaman pisang akan menjadi kering dan mati.



b. Patogen
Penyakit darah ini disebabkan oleh Bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini dapat ditularkan ke tanaman sehat melalui : tanaman, alat-alat pertanian, tanah yang terbawa alat-alat transportasi, aliran air dan vektor serangga yang menghisap bunga (jantung) pisang. Berdasarkan pemantauan di lapangan, penyakit darah pisang sudah menyebar ke seluruh sentra pertanaman pisang di pulau Lombok dan Sumbawa. Hasil penelitian Sudirman (2000) tentang penyakit darah pisang (Pseudomonas solanacearum) menyatakan bahwa dari sepuluh jenis tanaman pisang yang diuji, pisang kepok dan pisang raja sangat peka (tidak tahan), sedangkan pisang emas lebih tahan. Pisang ketip, pisang susu, pisang hijau, pisang kapal dan pisang ambon bereaksi tidak konsisten.
c. Pengendalian
1. Perketat Karantina
Buah pisang dapat diangkut ke mana-mana untuk tidak terjadi serangan (menular) pada lokasi lain, perlu di perketat pengawasan lalu lintas perdagangan pisang, apakah pisang tersebut berasal dari daerah yang sudah terserang, perlu dilarang memasukkan ke daerah yang belum terserang penyakit tersebut.
2.      Sanitasi
Sanitasi sangat penting bagi petani yang mempunyai areal tanaman pisang, agar diperhatikan lingkungan kebun pisang agar selalu bersih, jangan sembarangan menempatkan batang-batang pisang yang sudah di tebang. Dan buat parit di sekitar barisan pisang, sehingga tidak tergenang apabila ada air hujan. Terapkan sistem drainase yang baik. Buat parit disekitar barisan tanaman pisang, sehingga tidak tergenang apabila ada air hujan.
3. Desinfektan peralatan
Peralatan yang akan dipergunakan harus disteril/dibersihkan dulu.
4. Pemupukan
Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri perusak.
5. Isolasi spot
Apabila tanaman pisang sedang/akan keluar bunga dilakukan proteksi terhadap bunga tanaman pisang dari vektor serangga yaitu : di bungkus dengan kain, kertas agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai selesai pembungaan.
6. Eradikasi
Apabila sudah terjadi serangan berat pada tanaman pisang, diadakan pemusnahan (menebang semua pisang yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman pisang yang  ahan terhadap penyakit darah pisang Pseudomonas solanacearum).

3.      Penyakit layu fusarium (panama)
a.      Gejala
Gejala dari penyakit ini adalah sepanjang jaringan pembuluh pada batang semu berwarna coklat kemerahan. Daun menguning dan menjadi layu, tangkainya menjadi terkulai dan patah. Kadang-kadang lapisan luar batang semu terbelah dari bawah ke atas. Yang paling khas adalah jika pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam dari bonggol ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal dan tangkai daun.
b.      Patogen
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysparum f. sp. cubense. Jamur penyebab penyakit ini hidup didalam tanah, masuk ke dalam akar, selanjutnya masuk ke dalam bonggol dan jaringan pembuluh. Penularan penyakit ini dapat melalui bibit, tanah dan air yang mengalir mengandung spora jamur.
c.       Pengendalian
Dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

D.    Kacang tanah
Penyakit utama pada tanamankacang tanah adalah:
1.      Penyakit bercak daun (Cercospora personata).
a.      Gejala
Bercak yang ditimbulkan pada daun sebelah atas coklat sedangkan sebelah bawah daun hitam. Ditengah bercak daun kadang-kadang terdapat bintik hitam dari konidiospora. Cendawan ini timbul pada tanaman umur 40 -50 hari hingga 70 hari.
b.      Patogen
Penyakit Bercak daun disebabkan oleh fungus Cercospora personata.
c.       Pengendalian
Cendawan ini dapat dikendalikan dengan Antmkol atau Dakonil,penyemprotan dilakukan pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.

2.      Penyakit bercak daun (Cercospora arachidicola).
a.      Gejala
mulai menyerang tanaman pada saat berumur 3 minggu. Gejala serangan timbul bercak-bercak bulat tidak teratur berwarna coklat dikelilingi lingkaran berwarna kuning.

b.      Patogen
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora arachidicola.
c.       Pengendalian
Dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan.

3.      Penyakit layu
a.      Gejala
Pada siang hari waktu sinar matahari terik tanaman sekonyong-konyong terkulai seperti disimm air panas, tanaman langsung mati.
b.      Patogen
Penyakit layu disebabkan oleh bakteri Xanthomonas Solanacearum.
c.       Pengendalian                                                                                                              - pergiliran tanaman, penyemprotan Streptomycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.


E. Kakao
Penyakit utama pada tanaman kakao adalah:
1.      Busuk buah
a.      Gejala
Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah.
http://afandypoltek.files.wordpress.com/2008/04/ph_palm_s.jpg?w=199&h=300





b.      Patogen
Penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
c.       Pengendalian                                                                                                                  Dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu: (1) sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm; (2) kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun; (3) cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.



F. Kopi
Penyakit  penting pada tanaman kopi adalah sebagai berikut:
1.      Karat Daun
a.     Gejala
Gejala penyakit ini adalah pada bagian bawah daun yang sakit timbul bercak, mula-mula berwarna kuning kemudian berubah menjadi kuning tua dan coklat.




b.     Patogen
Penyebab: cendawan Hemileia vastatrix.
c.      Pengendalian
Menanam varietas kopi yang tahan seperti : Sigarar Utang, S 795, Andung Sari, Secara kultur teknis, menjaga kesehatan tanaman dengan pemupukan yang berimbang, pemangkasan dan pohon pelindung yang cukup.
2.      Jamur Upas
a.     Gejala
Yang menderita umumnya pada bagian cabang; kalau cendawan belum masuk bagian kulit, nampak adanya selaput yang berwarna merah jambu, makin lama berubah menjadi putih.

b.     Patogen
Penyebab: Jamur upas (Corticium salmnicolor), cendawan akan menjalar melalui tangkai daun dan menjalar ke bunga dan buah.
c.      Pengendalian
: Batang atau cabang yang terserang dipotong 10 cm dibawah pangkal pada bagian yang sakit. Potongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar.
3.      Penyakit bercak daun coklat
a.      Gejala
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak bulat, berwarna coklat atau coklat tua, pada bercak yang tua, terdapat warna putih atau kelabu, seperti ditaburi debu hitam, bercak tampak jelas pada permukaan bagian atas daun, umumnya berdiameter kurang dari 0,5 cm. Kalau cuaca lembab, bercak dapat lebih besar; serangan yang besar dapat menyebabkan rontoknya daun, serangan banyak terdapat pada pesemaian; serangan pada buah terdapat pada sisi yang banyak mendapat cahaya.






b.      Patogen
Penyebab: cendawan Cercospora coffeicola.

2.3  Hama pada tanaman Terong
1.      Kumbang Daun (Epilachna spp.)
a. Gejala
Serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja.
b. Pengendalian
Kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, pencegahan dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali.
2.      Kutu Daun (Aphis spp.)
a. Gejala
Daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung, sebagai vektor atau
perantara virus
b. Pengendalian
Mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, pencegahan semprot PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali.
3.      Tungau ( Tetranynichus spp.)
a. Gejala
Bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
b. Pengendalian
Dengan mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, sama seperti pada pengen dalian kutu daun.
4.      Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
a. Gejala
Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh, bersifat polifag, aktif senja atau malam hari.
b. Pengendalian
Kumpulkan dan musnahkan ulat, pencegahan siram atau semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810. 
5.      Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
a. Gejala
Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang,
bersifat polifag
b. Pengendalian
Mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, semprot dengan Natural VITURA.
6.      Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
a. Gejala
Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah terserang penyakit busuk buah.
b. Pengendalian
Kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun, pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali.

2.3 Pembuatan Koleksi 
Herbarium dapat mempunyai arti koleksi spesimen tanaman kering maupun tanaman basah yang digunakan sebagai bahan acuan dalam mengidentifkasi hama dan penyakit tanaman. Koleksi biasanya dilakukan dengan bermacam-macam tujuan. Di daerah tropik umumnya dilakukan dengan tujuan mendpatkan contoh-contoh keseluruhan jenis-jenis hama dan penyakit tanaman secara keseluruhan.
Pada spesimen tanaman yang dikeringkan dapat dilakukan dengan mengambil sampel dengan cara menggunting tanaman yang terserang hama dan penyakit kemudian spesimen diatur bentuknya di dalam ketas koran. Apabila spesimen terlalu panjang dapat dilipat sehingga membentuk huruf N atau V. Apabila ada bagian yang saling menutup hendaknya dipotong, tetapi bagian basal hendaknya tetap ditinggalkan, misalnya tangkai daun, tangkai bunga untuk melihat bagian yang dipotong. Apabila mungkin satu atau dua daun dibalik, sehingga permukaan bawah daun dapat dilihat.
·         Peralatan dan perlengkapan untuk membuat herbarium spesimen kering
Kertas herbarium putih, pensil lunak, pena dengan tinta hitam tidak luntur, kuas, karet pnghapus, gunting, pisau lipat, selotip, spidol, kertas koran untuk menyimpan spesimen, dan buku kecil untuk catatan di lapangan.
·         Pengepresan spesimen
Spesimen yang datang dari lapangan, biasanya diselpkan di dalam kertas koran dan telah disiram alkohol. Spesimen ini satu persatu dikeluarkan, diganti kertas korannya, diatur kembali di dalam kertas koran baru, kemudian dipres.
·         Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mengeringkan spesimen yang telah di pres.

III.             BAHAN DAN METODA

        3.1  Waktu dan tempat
Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman Utama ini Dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan Juni 2011 setiap hari Rabu pukul 15.30 WIB di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama  dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.
 3.2 Pengamatan
Pengamatan penyakit tanaman utama dilakukan di lapangan yaitu di  Jorong Bukit Tamasu, Kanagarian Balimbiang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai penyakit pada tanaman tersebut pada saat praktikum di  laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.
Pengamatan hama tanaman dilakukan di Kecamatan Pauh Kota Padang, dimana pengamatan dilakukan oleh praktikan secara berkelompok. Kemudian dilanjutkan dengan analisis di Laboratorium Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.


IV.             Hasil dan Pembahasan

4.1  Hasil
Hasil yang didapatkan ketika pengamatan penyakit tanaman di lapangan, adalah sebagai berikut :
1.      Jagung
-          Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)
: Klorosis garis lurus sepanjang daun menyerupai tulang daun
-          Hawar daun jagung (Helminthosporium maydis).
: Gejalanya berupa bercak yang memanjang dengan warna kecoklatan di sekitar pinggir daun. 
-          Bercak daun (Helminthosporium turcicum).
: Gejalanya berupa bercak-bercak pada daun yang berwarna hijau kuning.
2.      Pisang
-          Penyakit Layu fusarium (Fusarium oxysforum)
Gejalanya adalah dari pangkal daun mulai membusuk, jika batang dipotong lingakr batang berwarna coklat, buah busuk tapi tidak berbau.
-          Penyakit Layu bakteri (Ralstonia solanacearum)
Tanaman layu, bercak lunak berbau busuk
3.      Kakao
-          Busuk buah
Buah kakao tidak masak sempurna, biji menggumpal dan menyatu.

Hasil yang didapatkan ketika pengamatan hama  tanaman Terong di lapangan, adalah sebagai berikut :
1.      Lepidoptera
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik – sisik yang berwarna – warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
2.      Diptera
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
- bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum
- bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum
- bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. 
3.      Hemiptera
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas – ruas memanjang yang membungkus stylet. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
4.2 Pembahasan
Hasil pengamatan hama dan penyakit dilapangan sudah sangat membatu dalam praktikum ini dimana sudah ditemukan sebagian besar hama dan penyakit yang menyerang tanaman dilapangan, tatapi belum secara keseluruhan. Dan teknik pengendalian yang tepat sasaran dengan nilai ekonomi yang rendah belum diperoleh dengan sangat praktis karena diperlukan keseimbangan semua tindakan penngendalian sehingga keberhasilannya memuaskan.
Sedangkan untuk identifikasi ordo-ordo dilapangan, sudah dilakuakan sesuai dengan intruksi namun hasil yang diperoleh hanya sebagian kecil ordo, karena lahan pertanaman terong yang dijadikan objek untuk pengambilan sampel sudah sangat memperhatikan nilai ekonomi tanaman budidayanya, sehingga pengendalian sudah dilakukan meskipun tidak ditemukan hama dilapangan.


V.                Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum sudah sesuai dengan yang diharapkan dimana praktikan dapat membedakan serangan hama dan penyakit pada tanaman, dan dapat memahami cara pengendalian yang tepat untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut.

5.2  Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih serius dalam praktikum, dan lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan hama dan penyakit di lapangan.




DAFTAR PUSTAKA

Bridson & L. Formon. 1992. The Herbaria Hanbook. Royal Botanic Garden. Kew.
Craven, L. 1997. Crustion for Studying Biodiversity. Lecture Note Curatorial
 Training Course. Herbarium Bogoriense.




Permadi, A. H. dan S. sastrosiswojo.1993. Kejasama antara Badan Penellitian
dan Perkembangan Pertanian. Lembang: Balai Penelitian
Holtikultura.

Womersley, J.S. 1976. Plant Collecting for Anthropologist
Geographers and Ecologist in Papua New Guinea. Office of Forest Division of Botany. Lae, P.N.G